Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar ternyata berimbas pada usaha tahu tempe yang sangat menggantungkan hidupnya pada kedelai impor. Faktanya, hal tersebut berdampak pada kenaikan harga kedelai impor. Namun fenomena ini membuka peluang bagi usaha budidaya kedelai lokal. Nah, upaya apa saja yang bisa dilakukan guna memberdayakan potensi kedelai lokal?
Didik Harnowo, Kepala Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi), Malang mengatakan peluang budidaya kedelai (soybean, soya bean, Glycine max), menjadi semakin besar setelah harga kedelai impor lebih tinggi dibanding kedelai lokal. Dulu, kedelai impor bisa dijual dengan harga Rp 3.000 per kg. Saat ini harga kedelai impor dapat mencapai Rp 8 ribu/kg. Hal ini membuat peluang budidaya kedelai menjadi semakin menarik.
Kedelai lebih cocok dibudidayakan di lahan sawah pada musim kemarau. Kebutuhan lahan sawah sekitar 1,3 juta hektar bisa dipenuhi di Pantura Jawa. Tetapi kenyataan di lapang, sawah yang berpengairan teknis tidak dimanfaatkan untuk budidaya kedelai, karena petani lebih suka bertanam padi. Sejauh ini sawah tadah hujan memang paling tepat untuk budidaya kedelai, karena pengadaan air memerlukan biaya tinggi.
Dengan penanaman kedelai satu minggu sebelum padi dipanen, beberapa keuntungan bisa diperoleh. Pertama, petani tidak perlu mengeluarkan biaya pengolahan lahan. Kedua, petani juga tidak perlu mengeluarkan biaya pengairan. Bahkan biaya pemupukan bisa ditekan, sebab sisa-sisa pupuk yang ditebar pada waktu budidaya padi, masih bisa dimanfaatkan oleh kedelai.
Guna meningkatkan produktivitas kedelai bisa pula menggunakan teknik baru yang telah diteliti oleh Munif Ghulamahdi, MS, Peneliti Dept. Agronomi & Hortikultura IPB, yakni dengan metode budidaya jenuh air. Pada teknik ini tanaman kedelai diberi air terus- menerus sejak tanam sampai panen dengan kedalaman muka air 20 cm dari permukaan tanah sehingga lapisan di bawah perakaran jenuh air. Cara ini sangat sesuai jika diterapkan di lahan pasang surut karena intensitas cahaya tinggi dan air relatif cukup.
Beberapa manfaat yang didapat dari budidaya jenuh air, yaitu meningkatkan produktivitas sampai 4 kali produktivitas rata-rata nasional jika SOP (standar operasional prosedur) tepat, meningkatkan indeks pertanaman yang awalnya satu kali tanam menjadi dua kali atau tiga kali tanam, dan akhirnya meningkatkan pendapatan petani.
Bagi pemula, jika ingin terjun ke bisnis kedelai, disarankan memilih usaha budidaya kedelai. Karena dinilai lebih mudah dibudidayakan dibanding usaha pembenihan yang lebih membutuhkan ketelitian. Penjualannya juga lebih mudah karena usaha benih lebih membutuhkan banyak hal supaya mudah mendapat kepercayaan konsumen. Usaha pembenihan kedelai lebih membutuhkan ketelitian dibanding usaha budidaya kedelai hingga panen. Usaha pembenihan juga lebih membutuhkan tenaga kerja yang teliti, terutama saat proses sortir benih dan pengawasan hama penyakit di lapangan.
Selain itu agar lebih dipercaya konsumen, produsen benih sebaiknya memiliki surat sertifikasi dari Balai Pengawas dan Sertifikasi Benih (BPSB) Tanaman Pangan. Sehingga tak heran jika usaha budidaya kedelai lebih menguntungkan ketimbang pembenihan. Seperti yang telah dialami Margo Tani yang hanya mendapat untung 20-25%, sedangkan Gayam Rejo (pembudidaya) mendapat untung hingga 30%. Tertarik membudidayakan kedelai lokal? Baca ulasan lengkapnya di Tabloid Peluang Usaha Edisi 25 Tahun VIII yang terbit 13 September 2013. Eka, Tim Agri
| portalwirausahakreatif
