Sayuran Jepang merupakan jenis sayur-sayuran yang awalnya dikonsumsi masyarakat Jepang sehari-hari dan kini sudah banyak disukai masyarakat Indonesia. Kebutuhan sayuran Jepang semakin meningkat dengan semakin maraknya resto yang menyajikan menu makanan Jepang. Apalagi masyarakat Jepang dan Korea di Indonesia juga ingin menikmati menu asli mereka.
Jenis sayuran Jepang sangat variatif, antara lain Bayam Jepang (Horenzo), Terong Jepang (Nasubi), Lobak Jepang (Daikon), Mizuna, Shiso Gobo, Wasabi Timun Jepang (Kyuri), Labu Jepang (Zuchini), Shungiku, Kabocha, Sawi Putih (Hakusai), Sawi Hijau (Komatsuna), Toge Jepang, Tomat Jepang, Bawang Daun (Negi) dan sebagainya.
Sayuran Jepang dan olahan sebenarnya berpotensi ekspor. Namun sayang belum banyak pelaku usaha yang bisa memenuhi permintaan secara rutin dalam jumlah banyak. Untuk itu, P4S Agrofarm bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Fakultas Pertanian beberapa universitas mulai gencar mengadakan seminar dan pelatihan agrobisnis. Salah satunya agrobisnis sayuran eksotik Jepang dan Korea. Para peserta yang serius di bidang ini biasanya dijadikan mitra.
Pelaku besar dalam usaha ini juga terbilang masih sangat sedikit. Sehingga memberi peluang bagi yang memiliki semangat juang agribisnis. Hal ini jelas terlihat dari pengalaman petani-petani sayuran eksotik Jepang yang kewalahan dalam memenuhi permintaan. Pasalnya baru terpenuhi sekitar 20% dari permintaan yang ada. Namun hal tersebut tetap membawa hikmah. Sebab menurut Santoso, dengan belum banyak pesaing, membuat produsen sayuran bisa menentukan harga jual sendiri, dan harganya pun tidak fluktuatif.
Menurut Tatan Tarjuna, pemilik CV Yan’s Fruit and Vegetable, harga sayuran eksotik Jepang bisa 3-5 kali lipat harga sayuran lokal. Ditambahkan Santoso, Ketua P4S Agrofarm Cianjur, kalaupun harganya ada yang naik turun, tetap saja masih lebih tinggi dari ongkos produksi.
Sayuran Jepang lebih banyak dipasarkan ke resto dan swalayan khas Jepang. atau bisa juga dilempar ke supermarket umum. Supaya bisa masuk ke resto atau swalayan tersebut, tentu saja harus ditawarkan secara langsung atau door to door. Guna memperluas pemasaran, sebaiknya pelaku usaha rajin mengikuti pameran (misalnya pameran Flona, pameran Flori dan Flora Nasional, pameran Agrinex dll).
Biaya produksi yang tidak terlalu tinggi, panen cepat, dan sasaran pasar kelas menengah atas membuat para pelaku usaha bisa meraih untung yang cukup besar. Seperti Okiagaru Farm dan CV Yan’s Fruit and Vegetable yang mampu meraih untung hingga 40%, dengan omset tiap bulannya mencapai ratusan juta rupiah. Tertarik menekuni bisnis sayuran Jepang? Simak terlebih dahulu ulasan lengkapnya di Tabloid Peluang Usaha Edisi 26 Tahun VIII yang terbit 11 Oktober 2013. Eka, Tim Agri
| portalwirausahakreatif
