Yuli Retnani, pakar pakan ruminansia IPB mengatakan, produsen pakan di Indonesia terbesar saat ini justru di bidang unggas yang mencapai 83%. Sedangkan pemain di usaha industri ruminansia baru mencapai 6%. Hal ini membuat pangsa pasar pakan ruminansia masih cukup besar.
Persaingan di bidang industri pakan ruminansia juga sama sekali belum ketat. Yuli menuturkan bahwa selama ini yang terjadi adalah sangat sedikit pemain pakan ruminansia yang benar-benar memproduksi sendiri produk pakannya. Kebanyakan perusahaan pakan ruminansia hanya menumpang produksi pada perusahaan/produsen pakan unggas.
Salah satu bentuk inovasi pakan yang baru digunakan oleh beberapa peternak yakni berupa silase. Silase adalah pakan hijauan bermutu tinggi yang difermentasi. Misalnya terbuat dari campuran singkong dan daun jagung yang dipotong-potong 5 cm dan difermentasi. Hasilnya produk pakan ini akan awet berbulan-bulan, pH-nya telah asam, yakni bernilai 4, kandungan bakteri asam laktatnya tinggi, proteinnya meningkat dan aromanya harum seperti tape. Beberapa bahan baku alam yang bisa untuk dijadikan silase, antara lain rumput, sorgum, jagung, biji-bijian kecil, tanaman tebu, pucuk tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, batang nanas, jerami padi dll.
Ransum adalah pakan komplit yang dikonsumsi hewan ternak selama 24 jam. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun ransum, yakni menentukan bahan pakan apa saja yang akan digunakan, mengetahui kandungan nutrient masing-masing bahan pakan, mencari data kebutuhan standar ternak dan mengetahui harga bahan pakan per kilogram. Jadi di dalam ransum sudah memenuhi kelengkapan zat-zat yang telah disebutkan sebelumnya.
Bahan penyusun pakan yang wajib ada agar bisa bersaing dengan pakan pabrikan besar, yakni protein kasar, TDN (total digestible nutrient), vitamin, serat kasar, dan mineral yang berimbang. Tidak seperti pakan unggas yang membutuhkan kadar protein cukup tinggi, yakni sampai di atas 25%, kadar protein untuk pakan ternak ruminansia hanya sekitar 14-18%. Menurut Yuli Retnani, bagi calon produsen pakan ternak yang ingin membuat pakan bisa membuat formulasi berdasar beberapa patokan, yakni NRC (National Research Council), SNI atau penelitian akademik.
Agar pakan yang diproduksi mudah diterima pasar sebaiknya pakan tersebut telah melalui proses uji lab, murah, mudah didapat dan terlihat dampak atau manfaatnya pada hewan ternak ruminansia. Nahrowi Ramli, Sekjen AINI (Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia) mengatakan dengan pengujian di lab tentu memberikan nilai lebih pada produk yang dijual karena telah memiliki kekuatan penjualan dari keakuratan data. Cara ini seperti yang dilakukan Berkah Andini Feed (produsen pakan sapi dan kambing di Semarang) dalam memasarkan produknya.
Tak hanya itu, demi kelancaran pemasaran, pengusaha pakan harus pintar melihat peluang usaha. Misalnya dengan memosisikan dirinya berada di lingkungan kelompok ternak. Karena kelompok ternak itulah yang nantinya bisa menjadi pelanggan awal dan terus-menerus membutuhkan pasokan pakan tersebut.
Omset yang bisa didapat produsen cukup fantastis sebab permintaan yang datang terus meningkat dan tak pernah surut. Dari pendapatan yang besar inilah, produsen tetap bisa memperbesar usahanya. Seperti Berkah Andini Feed yang memproduksi pakan ruminansia dalam bentuk mash dengan omset sebulan mencapai lebih dari Rp 200 juta dan Syaiful Anwar yang memproduksi pakan ruminansia dalam bentuk pelet dengan omset hingga Rp 500 juta per bulan.
Anda tertarik untuk menekuni usaha produksi pakan ruminansia ini? Sebelum memutuskan ada baiknya untuk menyimak terlebih dahulu liputan lengkap kami. Baca Tabloid Peluang Usaha Edisi 06 Tahun IX yang terbit 3 Januari 2014. Eka
| portalwirausahakreatif
